Jumat, 21 Oktober 2011

Stimulan

"Mungkin kejadian hari ini bisa jadi stimulan buat saya untuk rajin latihan"

Masih tentang kejadian hari ini, yang  membuat orang tsb hebat bukan karena gerakannya (disamping rajin latihan) tetapi karena diumur segitu ia mau belajar dan setia menghapal gerakan. Ketika saya melihat diri sendiri saya kepikiran tentang jaman dahulu. Dimasa kecil saya sering menang lomba mewarnai (umumnya anak tk dibujuk ibunya untuk ikut lomba ini). Tetapi sebenarnya saya ikut-ikut aja, gak ada unsur memikirkan masa depan, malah ibu saya yang bersemangat sekali mengantar dan mengurusi keperluan lomba. Mungkin karena sikap ogah-ogahan saya waktu itu, ibu saya pikir saya tidak tertarik akan kegiatan ini. Seandainya saya mengasah bakat ini dari kecil (ikut les-les) mungkin saya bisa ikut tes masuk SAPPK (Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan) ITB atau FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Design) ITB dan kalau masuk kesana sih tesnya disuruh menggambar (klo gak salah, CMIIW ). Tapi waktu kecil mana kepikiran saya untuk belajar lebih lanjut tentang menggambar, yah pokoknya saya gak kepikiran ternyata kalau kita berbakat dan bakat kita tersebut diasah, akan ada hal luar biasa di masa depan yang akan kita dapat. 

Contoh kedua, Sungha Jung seorang freestyle acoustic guitarist. Di salah satu forum terbesar Indonesia mengatakan sebenarnya ia tidak terlalu hebat bahkan kemampuannya itu biasa saja (kalau rajin berlatih pasti bisa, mungkin maksudnya begitu ya). Tetapi yang membuat ia hebat karena di umur sedini itu, ia mau belajar dan kemampuannya melebihi orang dewasa.



Yah seperti itu saja pelajaran yang saya dapat hari ini

Sabtu, 01 Oktober 2011

Kisah Inspiring 2 (Pak Syafruddin)

Ininih gw posting lagi cerita Indonesia zaman dulu. Iba, karena perilaku ini hanya ada di zaman dulu tetapi kemudian hilang di zaman modern.

Pak Syafruddin dan Popok Bayi

Pasti tau Pak Syafruddin kan? Klo gak tau, coba buka buku sejarahnya deh hehe. Pak Syafruddin adalah menteri keuangan pertama RI. Meskipun mengatur banyak uang, bukan berarti Pak Syafruddin kaya raya. Apalagi gaji menteri sangat kecil pada zaman kemerdekaan dulu. Gaji menteri kecil karena negara tidak punya banyak uang. Tidak ada pedagang yang mau berdagang ke Indonesia karena rakyat tidak mampu membeli barang. Akibatnya, harga kain dan baju sangat mahal.

Kebetulan Pak Syafruddin berasal dari keluarga sederhana, tidak seperti Presiden Soekarno, Pak Hatta, dan Pak Sultan Hamengku Buwono IX yang berasal dari keluarga berada. Suatu hari, Bu Syafruddin melahirkan putra ketiga. Bu Syafruddin tidak punya uang untuk membeli popok dan gurita bayi. Bu Syafruddin lalu berjualan camilan sukun goreng untuk membeli popok bayi.

Namun, anak Pak Syafruddin malu. Dia meminta ayahnya memakai uang negara atau meminjam uang Om Soekarno atau uang Om Sultan. Apa kata Pak Syafruddin? Berjualan sukun goreng bukan perbuatan memalukan. Perbuatan memalukan adalah mengambil uang negara atau orang lain. Jika tidak penting sekali, sebaiknya orang tidak meminjam uang kan?.

Kisah Inspiring 1 (Pak Hatta)

Cerita ini gw dapet dari Majalah Bobo. Gw tertegun pas baca. Orang ini mulia sekali. Cerita di hidupnya bisa memberikan orang lain pelajaran. 



Pak Hatta dan Sepatu Mahal
Pak Hatta adalah wakil presiden RI yang pertama. Pak Hatta juga proklamator kemerdekaan negara kita. Pada masa itu negara Indonesia sangat miskin. Rakyat hidup melarat dimana-mana. Yang membuat semangat pemimpin Indonesia pada saat itu adalah Indonesia adalah negeri yang indah dan punya kekayaan alam yang sangat banyak. Oleh karena itu, Pak Hatta berusaha memimpin Indonesia jadi negara yang baik.

Suatu hari, Pak Hatta melihat iklan sepatu yang sangat bagus dan mahal di koran. Pak Hatta ingin memiliki sepatu tersebut. Hmm, Pak Hatta menggunting iklan itu dan menyimpannya dengan harapan bisa membelinya. Saat itu, istri Pak Hatta juga ingin membeli mesin jahit. Pak Hatta dan Bu Hatta lalu menabung setiap hari.


Uang mereka terkumpul. Namun, Bu Hatta kaget ketika ada kebijakan negara memangkas nilai uang. Maksudnya, nilai uang seribu rupiah menjadi seratus rupiah. Bu Hatta sedih karena uangnya tidak cukup lagi untuk membeli mesin jahit. Bu Hatta mengeluh ke Pak Hatta, kenapa tidak diberitahu ada kebijakan pemotongan uang. Jika Bu Hatta tahu, dia masih sempat membeli mesin jahitnya lebih dulu.

Apa kata pak Hatta? Kebijakan negara adalah rahasia negara, tidak boleh dibocorkan agar dimanfaatkan keluarga. Bagaimana dengan sepatu impian Pak Hatta? Sampai Pak Hatta meninggal dunia, sepatu itu tidak terbeli karena uang Pak Hatta tidak cukup. Bahkan potongan iklan sepatu itu masih rapi tersimpan di buku kesayangan Pak Hatta.